Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang wilayah Tengah Filipina pada hari Selasa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami dan dampaknya tidak dirasakan di Indonesia.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di kawasan Calape tersebut memiliki intensitas getaran yang cukup kuat hingga dapat merusak bangunan. Namun, dampak spesifik dari gempa ini masih dalam tahap pemantauan lebih lanjut.
Penyebab dan Karakteristik Gempa di Filipina
Gempa ini terjadi pada pukul 20.59 WIB dengan episenter terletak pada koordinat 11,15 derajat LU dan 124,14 derajat BT, serta kedalaman 10 km. Menurut Daryono, gempa ini termasuk jenis gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di kawasan tersebut.
Daryono juga menyebutkan bahwa analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme mendatar atau dikenal sebagai strike-slip. Hal ini menandakan bahwa gerakan lempeng yang terjadi tidak bersifat vertikal tetapi horizontal.
BMKG telah memantau situasi dengan seksama setelah gempa utama dan melaporkan adanya satu kali gempa susulan dengan magnitudo 6,3. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas seismik di kawasan tersebut masih berlangsung.
Pentingnya Pemantauan Pasca-Gempa
Pemantauan setelah terjadinya gempa sangat penting untuk memastikan keselamatan masyarakat. Daryono mengingatkan masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh hoaks atau informasi yang tidak jelas kebenarannya. Keakuratan informasi resmi dapat membantu mencegah kepanikan yang tidak perlu.
BMKG juga menghimbau untuk selalu mengikuti arahan dan informasi dari pihak berwenang terkait situasi setelah gempa. Masyarakat diimbau untuk mencari tempat yang lebih aman dan menjauhi bangunan yang berpotensi rubuh.
Penting bagi masyarakat untuk memahami dan mempersiapkan diri terhadap bencana seperti gempa bumi. Edukasi dan kesadaran akan langkah-langkah yang harus dilakukan dapat mengurangi risiko cedera saat bencana terjadi.
Risiko Gempa dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Filipina terletak di jalur cincin api Pasifik, sehingga wilayah ini sering mengalami aktivitas seismik yang tinggi. Pemahaman akan risiko gempa sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Pengetahuan ini bisa menjadi garis pertahanan pertama dalam menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempa dapat mencakup simulasi evakuasi, penyusunan rencana darurat, dan penyediaan peralatan darurat. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa saat terjadi gempa, masyarakat dapat bereaksi dengan cepat dan tepat.
Pendidikan dan pelatihan tentang mitigasi bencana juga perlu diperkuat. Ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dari bencana gempa bumi.













