Dalam menghadapi situasi krisis akibat bencana, tanggap darurat menjadi salah satu aspek paling penting yang perlu diperhatikan. Di Indonesia, di mana bencana alam sering kali datang tanpa peringatan, langkah cepat dari pemerintah dan lembaga terkait dapat menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Baru-baru ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah yang terdampak bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau sekaligus memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 2-3 Desember 2025 dan menjadi respons cepat terhadap kondisi darurat akibat banjir dan longsor yang melanda wilayah tersebut. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan perusahaan energi, diharapkan penanganan bencana bisa lebih efektif.
Rangkaian Kunjungan Lapangan ke Daerah Terdampak
Kunjungan Bahlil dimulai dari Bireuen, Aceh, sebelum berlanjut ke Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, dan diakhiri di Palembayan, Agam, Sumatra Barat. Setiap lokasi yang dikunjungi memiliki permasalahan unik yang harus dihadapi untuk memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Salah satu fokus utama kunjungan ini adalah meninjau posko bantuan yang menyediakan kebutuhan dasar bagi warga. Selain itu, Bahlil juga memeriksa infrastruktur energi yang berperan penting dalam menjaga ketersediaan layanan energi di tengah kondisi yang sulit.
Dalam penjelasannya, Bahlil mengungkapkan pentingnya menjaga pasokan bahan bakar minyak (BBM) dan LPG tanpa terhambat oleh keadaan darurat. Kendala akses ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) menjadi tantangan yang perlu diatasi secepatnya.
Strategi Distribusi Energi yang Efektif
Menyikapi tantangan tersebut, Kementerian ESDM berkolaborasi dengan PT Pertamina untuk mengalihkan jalur distribusi BBM dan LPG. Pendekatan yang diambil meliputi penggunaan jalur laut dan udara untuk menjangkau lokasi-lokasi yang sangat terisolasi.
Bahlil menjelaskan bahwa penggunaan pesawat dan rakit menjadi solusi efektif untuk mengatasi jalur darat yang terputus. Pendekatan inovatif ini diharapkan dapat memastikan masyarakat di daerah bencana tetap mendapatkan akses ke energi yang mereka butuhkan.
Selama melakukan peninjauan, Bahlil tidak hanya fokus pada infrastruktur energi, tetapi juga memperhatikan layanan SPBU. Ia mendorong agar SPBU dapat beroperasi 24 jam sesuai kebutuhan situasi di lapangan.
Pemberian Bantuan Kemanusiaan kepada Warga yang Terdampak
Sebagai bagian dari penanganan bencana, Bahlil dan Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama Pertamina, turut memberikan bantuan kemanusiaan berupa sembako dan perbekalan penting lainnya. Ini termasuk perlengkapan kebersihan, obat-obatan, serta dukungan energi untuk aktivitas dapur umum.
Bantuan yang disalurkan tidak hanya mendukung kebutuhan pangan, tetapi juga memfasilitasi operasional alat berat dan mobilitas logistik dalam penanganan bencana. Ini menjadi langkah kritis untuk memastikan bahwa aktivitas pemulihan dapat berjalan lancar.
Pertamina juga mengumumkan total bantuan yang akan disalurkan mencapai Rp5,4 miliar. Angka ini merupakan cerminan komitmen perusahaan dalam mendukung masyarakat yang terdampak bencana secara cepat dan efisien.
Komitmen Berkelanjutan dalam Penanganan Bencana
Simon Aloysius Mantiri menegaskan bahwa Pertamina memiliki dedikasi tinggi dalam menjaga pasokan energi. Selain itu, mereka juga berkomitmen untuk memberikan bantuan sosial demi mendukung pemulihan masyarakat yang terdampak bencana.
Keterlibatan Pertamina dalam penanganan darurat bencana merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Mereka berharap, melalui berbagai langkah yang diambil, masyarakat dapat merasakan dampak positif dari kehadiran mereka di saat-saat sulit.
Pertamina tidak hanya berorientasi pada distribusi energi, tetapi juga berfokus pada keberlanjutan dengan mendukung program-program yang berdampak pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pendekatan ini selaras dengan misi perusahaan untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Dalam setiap langkah yang diambil, Pertamina beralasan bahwa mereka tidak hanya berfungsi sebagai penyedia energi, tetapi juga sebagai bagian dari solusi untuk masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan sektor swasta, diharapkan penanganan bencana di masa depan bisa menjadi lebih cepat dan efektif, serta memberi dampak positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat.













