Kasus keracunan makanan yang diduga berasal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis (9/10). Korban yang mendapatkan perawatan medis terus bertambah dari sepuluh menjadi 130 siswa dalam waktu singkat.
Wakapolda Kalimantan Selatan, Brigjen Golkar Pangarso, mengonfirmasi jumlah total korban tersebut pada Jumat (10/10). Ia menyebutkan bahwa perhatian saat ini tertuju pada upaya pemulihan kesehatan para siswa yang mengalami gejala keracunan.
Pangarso juga melaporkan bahwa sebagian dari korban sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik, namun masih ada yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Hal ini menunjukkan dampak serius dari insiden tersebut pada kesehatan anak-anak yang terlibat.
Proses Investigasi dan Pengambilan Sampel Makanan
Kepolisian setempat telah mengambil langkah-langkah preemptive dengan melakukan pengambilan sampel makanan yang dikonsumsi oleh para siswa. Brigjen Pangarso menyatakan bahwa sampel tersebut akan diperiksa untuk memastikan penyebab pasti keracunan.
“Kami sudah melakukan pengambilan sampel dan proses pemeriksaan sedang berlangsung,” ungkapnya. Langkah ini penting dilakukan guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang dan memberikan kejelasan kepada masyarakat.
Dengan meningkatnya jumlah korban, pihak Pemkab Banjar pun berinisiatif untuk menambah tempat tidur dan tenaga medis di rumah sakit. Ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menangani situasi darurat kesehatan dan membantu para korban dengan sebaik-baiknya.
Menu Makanan dan Kandungan Berbahaya
Menu yang disantap oleh siswa saat keracunan terdiri dari nasi kuning, ayam suwir, osengan sayur, tempe orek, dan sepotong melon. Dari penelitian awal, Dinas Kesehatan Banjar menemukan adanya kandungan nitrat dalam nasi kuning dan sayur yang disajikan.
Pihak Dinas Kesehatan mengungkapkan bahwa kandungan nitrat ini dapat menyebabkan gejala keracunan seperti sakit perut dan mual-mual. Meski demikian, status kandungan ayam suwir dalam menu tersebut belum dapat dipastikan.
“Dari hasil laboratorium, kami menemukan nitrat pada nasi dan sayur. Ini dapat menjelaskan keluhan yang dirasakan oleh siswa,” jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan Banjar, Noripansyah. Ia menegaskan pentingnya ketelitian dalam memilih dapur penyedia makanan untuk program ini.
Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis
Bupati Banjar, Saidi Mansyur, menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terkait dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan makanan dalam program MBG. Ia menyatakan, kejadian ini harus menjadi perhatian serius agar program pemerintah pusat tersebut tidak terhambat.
“Kami tidak ingin insiden ini mengganggu program baik yang sudah dilaksanakan. Kami akan mengawasi lebih ketat ke depannya,” ujarnya. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan gizi kepada siswa.
Kegiatan evaluasi dan pengawasan ini diharapkan dapat meminimalisir risiko serupa di kemudian hari. Melalui koordinasi dengan Satgas, diharapkan program ini dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat.













