Pada suatu kesempatan, Prabowo Subianto menceritakan pengalaman yang menggambarkan integritasnya saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Dalam diskusi dengan Malcolm Forbes, ia mengungkapkan sikap tegasnya terhadap praktik nepotisme dan korupsi yang sering kali menggerogoti sektor pemerintahan.
Pernyataan tersebut datang ketika ia dihadapkan pada situasi di mana beberapa perusahaan, yang terafiliasi dengan kerabatnya, mengajukan proyek di Kementerian Pertahanan. Dengan berani, Prabowo memutuskan untuk menolak keterlibatan perusahaan-perusahaan tersebut demi menjaga prinsip dan integritas lembaga yang dipimpinnya.
Hal ini menjadi jelas ketika Prabowo menjelaskan bagaimana ia mencoret perusahaan-perusahaan tersebut dari daftar proyek. Laporan yang diterimanya dari Kepala Bagian Logistik Kemenhan menjadi titik awal bagi langkah radikal tersebut, menunjukkan bahwa tindakan tegas diperlukan dalam menghadapi budaya nepotisme.
Menghadapi Nepotisme dalam Lingkungan Pemerintahan
Prabowo mengakui bahwa perilaku nepotisme merupakan tantangan besar bagi pemerintahan di mana pun. Dalam diskusinya, ia menyebutkan bahwa pengawasan dan integritas sangat penting untuk menciptakan suasana kerja yang bersih dan transparan. Dalam hal ini, dukungan dari seluruh anggota kementerian pun sangat diperlukan.
Ia menceritakan bahwa saat itu ada tiga perusahaan yang terdaftar, dan dua di antaranya memiliki keterkaitan dengan keluarganya. Hal ini memunculkan pertanyaan serius tentang etika dan tanggung jawab seorang pemimpin. Dengan tegas, Prabowo menyatakan, “Hapus dia,” merujuk pada salah satu perusahaan yang terafiliasi.
Bukan hanya perusahaan, tetapi hubungan pribadi pun terkena dampaknya. Prabowo mengakui, tindakan tersebut membuatnya sulit untuk bertemu dengan keponakannya setelah kejadian itu. Namun, bagi Prabowo, prinsip jauh lebih penting daripada hubungan pribadi.
Pentingnya Teladan dalam Pemberantasan Korupsi
Dalam pandangannya, memberikan contoh adalah salah satu metode paling efektif dalam memberantas praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Prabowo percaya bahwa tindakan nyata dari pemimpin akan berdampak besar bagi bawahannya. Tindakan yang konsisten akan menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menangani masalah tersebut.
Ia menyadari bahwa tidak mudah untuk mengubah budaya yang telah mengakar dalam sistem pemerintahan. Namun, ia menekankan bahwa upaya tersebut harus terus dilakukan, meskipun tantangan yang dihadapi cukup berat. Pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah penting demi kepentingan masyarakat.
Prabowo menggambarkan korupsi sebagai sebuah penyakit yang dapat menghancurkan negara. Menurutnya, sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara yang terjerat dalam praktik korupsi cenderung mengalami kemunduran. Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap pemimpin untuk menjalankan tugasnya dengan integritas dan disiplin.
Pandangan Prabowo tentang Korupsi sebagai Penyakit
Prabowo menegaskan bahwa korupsi memiliki dampak yang sangat serius bagi bangsa. Ia menyamakan kondisi ini dengan kanker yang bisa menghancurkan segalanya jika tidak ditangani sejak dini. Menurutnya, jika korupsi sudah mencapai stadium lanjut, akan sangat sulit untuk mengatasinya.
Pernyataan ini menjelaskan betapa pentingnya tindakan pencegahan dan penanggulangan yang efektif. Prabowo merasa sangat prihatin melihat betapa banyak negara yang hancur akibat praktik korupsi yang tidak terdeteksi. Dalam konteks ini, ia berharap agar generasi mendatang dapat teredukasi untuk menjauhi praktik-praktik buruk tersebut.
Bagi Prabowo, berada di kursi pemerintahan adalah sebuah amanah yang harus dijalankan dengan serius. Ia percaya bahwa seorang pemimpin yang baik harus melayani rakyatnya dengan sebaik-baiknya dan menghindari segala bentuk keuntungan pribadi yang mungkin dapat merugikan orang lain. Dengan pemahaman ini, ia berharap bisa membangkitkan kesadaran di lingkungan pemerintahan.













