Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan di Jawa Barat, Otong Wiranta, memiliki keyakinan kuat terhadap kualitas pupuk yang diberikan oleh pemerintah. Ketersediaan pupuk dengan jenis yang beragam, baik subsidi maupun nonsubsidi, menjadi harapan bagi petani untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.
Dengan pengalaman sebagai petani padi sejak tahun 2004, Otong merasakan dampak positif dari kualitas pupuk yang digunakan. Ia menanam padi di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, dan sangat mengandalkan pupuk untuk mencapai hasil yang optimal.
“Kualitas pupuk dari Pupuk Indonesia jelas tak terbantahkan, baik itu yang bersubsidi maupun nonsubsidi. Merek lain, apalagi yang tidak terjamin kualitasnya, sangat sulit untuk dibandingkan,” ujar Otong di suatu kesempatan.
Dalam aktivitas pertanian sehari-hari, Otong menggunakan pupuk subsidi jenis Urea dan Phonska. Keduanya menjadi pilihan utama karena sesuai dengan kebutuhan tanaman padi yang dia tanam.
Menurut Otong, keberagaman produk pupuk nonsubsidi dari Pupuk Indonesia juga memberikan fleksibilitas bagi petani dalam memilih sesuai dengan jenis dan umur tanaman. Hal ini sangat membantu dalam pemupukan yang tepat waktu dan jumlah yang sesuai.
Kualitas Pupuk Subsidi yang Tak Terbantahkan
Kualitas pupuk subsidi memiliki peranan penting dalam keberhasilan pertanian. Keberadaan pupuk yang berkualitas akan berdampak langsung pada hasil panen dan pendapatan petani.
Otong mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah tahun ini membantu petani dengan penyediaan pupuk berkualitas serta penurunan harga. Penurunan harga ini sangat signifikan dan membuat petani merasa lebih terbantu.
Dengan harga yang lebih terjangkau, banyak petani seperti Otong merasa lebih berdaya. Ia menggunakan rata-rata 500 sampai 550 kg pupuk per hektare setiap musim tanam.
Otong menjelaskan bahwa pemupukan dilakukan dalam dua hingga tiga kali pemberian. Pemupukan pertama dilakukan setelah 10-15 hari setelah tanam, dan kedua pada umur 40-45 hari setelah tanam.
Persiapan dan Distribusi Pupuk di Tahun 2025
Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Yehezkiel Adiperwira, mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengalokasikan pupuk bersubsidi sebanyak 9,55 juta ton untuk tahun 2025. Ini mencakup berbagai jenis pupuk seperti Urea, NPK, dan pupuk organik.
Yehezkiel memastikan bahwa proses produksi pupuk berjalan dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan nasional. Distribusi yang efektif adalah kunci untuk memastikan ketersediaan pupuk bagi para petani.
Penyesuaian harga juga dilakukan untuk mendukung para petani, agar mereka bisa mendapatkan pupuk bersubsidi dengan harga yang telah ditetapkan. Ini sesuai dengan Peraturan Presiden terbaru yang mengatur harga pupuk bersubsidi yang lebih terjangkau.
Dari data terbaru, hingga Desember 2025, stok pupuk di seluruh Indonesia tercatat mencapai 1 juta ton, dengan rincian 604 ribu ton pupuk subsidi dan 407 ribu ton nonsubsidi. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk cukup terjamin.
Yehezkiel mengungkapkan bahwa penyaluran pupuk subsidi selama tahun 2025 berjalan baik, yang dibuktikan dengan realisasi penyaluran sebesar 82,8 persen dari alokasi yang ditetapkan. Ini mencerminkan efektivitas kebijakan distribusi pupuk yang diambil oleh pemerintah.
Komitmen Pupuk Indonesia untuk Swasembada Pangan
Pupuk Indonesia juga alias akan berlanjut untuk mendukung swasembada pangan di tahun-tahun mendatang. Salah satu langkah yang diambil adalah revitalisasi pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi pupuk.
Dalam upaya mencapai efisiensi, Peraturan Presiden terbaru menjadi acuan bagi pengelolaan pupuk yang lebih baik. Dengan tindakan ini, diharapkan industri pupuk bisa berfungsi lebih efisien dan berkelanjutan.
Yehezkiel menekankan pentingnya peran petani dalam mencapai tujuan ini, di mana dukungan pupuk berkualitas menjadi faktor utama. Diharapkan dengan adanya ketersediaan pupuk, produktivitas pertanian dapat meningkat.
Dengan komitmen yang kuat untuk menjamin ketersediaan pupuk berkualitas dan juga harga yang terjangkau, Pupuk Indonesia berupaya untuk mendukung kebutuhan pertanian dalam negeri. Ini menjadi harapan baru bagi para petani untuk lebih berdaya dalam mengembangkan sektor pertanian.
Kebijakan yang diterapkan tidak hanya bersifat jangka pendek, tapi juga melihat ke depan untuk keberlanjutan sektor pertanian. Hal ini diharapkan memberi dampak positif yang lebih besar bagi petani di seluruh Indonesia.













