Tragedi ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khozyni di Buduran, Sidoarjo, menjadi salah satu momen yang mengguncang hati banyak orang. Tanggal 29 September 2023 akan diingat sebagai hari penuh duka, saat kejadian ini melibatkan korban yang sangat banyak, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari dampaknya kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan bahwa saat ini fase golden time untuk evakuasi telah berakhir. Fase kritis ini berlangsung selama 72 jam, di mana harapan untuk menemukan korban yang masih hidup sangat tinggi.
“Golden time berakhir pukul 16.00 WIB pada tanggal 2 Oktober,” ungkap Nanang saat ditemui di Posko SAR. Masyarakat sangat mengharapkan keajaiban di saat-saat terakhir ini, namun situasi saat ini semakin menantang.
Operasi Pencarian yang Mendebarkan dan Menegangkan
Dalam tiga hari pencarian, sebanyak 108 orang telah dievakuasi, namun lima di antaranya dilaporkan sudah meninggal dunia. Korban selamat mengalami berbagai luka dan trauma yang mendalam.
Diperkirakan masih ada puluhan orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Situasi ini membuat tim SAR dan pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil terbaik.
Di tengah kondisi ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memastikan bahwa evakuasi menggunakan alat berat sudah dimulai. Lima unit alat berat telah disiagakan untuk mempercepat proses pencarian.
Dialog dengan Keluarga Korban yang Emosional
Pratikno, Menteri Koordinator, menegaskan pentingnya komunikasi yang efektif antara pihak pemerintah dan keluarga korban. Setiap langkah diambil setelah melakukan dialog untuk mempertimbangkan harapan dan perasaan keluarga yang terdampak.
Hasil asesmen dari Basarnas menunjukkan tidak ada tanda-tanda kehidupan di reruntuhan, yang mengharuskan tim SAR untuk melanjutkan evakuasi dengan menggunakan alat berat. Keputusan ini diambil setelah mendapat persetujuan dari keluarga korban.
Keluarga santri yang masih terjebak juga diminta untuk bersabar dalam menghadapi situasi ini. Mereka berdoa dan berharap agar anggota keluarga mereka ditemukan dalam keadaan selamat.
Situasi Terkini dan Harapan Keluarga
Saat ini, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, mengungkapkan bahwa 59 orang masih terdata sebagai hilang. Data sementara ini terdiri dari foto dan catatan yang ada.
Dia berharap angka tersebut tidak berarti bahwa mereka semua terjebak di reruntuhan. Keluarga mendengarkan harapan ini dengan penuh emosi, berdoa agar keadaan membaik.
Salah satu wali santri, Muhammad Ma’ruf, menyatakan kepercayaannya kepada pihak SAR. Meski penuh rasa khawatir, harapannya tetap untuk menemukan anaknya dalam keadaan hidup.
Keluarga korban terus berusaha memperkuat mental satu sama lain. Mereka saling menguatkan dan berusaha menerima apapun takdir yang akan datang, namun harapan untuk menemukan anak-anak mereka masih terus berlanjut. Momen-momen seperti ini menunjukkan ketangguhan keluarga dalam menghadapi tantangan hidup yang sangat berat.
Kondisi pasca-tragedi ini akan mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat sekitar. Banyak yang berupaya untuk membantu, baik dari segi moral maupun material, agar keluarga korban dapat melewati masa-masa sulit ini.













