Yahya Cholil Staquf, atau yang akrab disapa Gus Yahya, sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menyatakan bahwa ia tidak mempermasalahkan jika muktamar organisasi tersebut dipercepat. Namun, ia menekankan pentingnya kepemimpinan yang tepat, di mana muktamar harus dipimpin oleh Rais Aam dan Ketua Umum secara bersamaan.
Dalam konteks tersebut, Gus Yahya menegaskan bahwa pelaksanaan muktamar harus dilakukan dengan kesepakatan yang jelas untuk menghindari potensi permasalahan di kemudian hari. Ia menyarankan agar semua pihak berkolaborasi demi kelancaran acara yang signifikan bagi PBNU ini.
Pentingnya Muktamar PBNU dalam Dinamika Organisasi
Muktamar merupakan forum tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama yang bertujuan untuk menetapkan arah dan kebijakan organisasi. Sejarah mencatat bahwa muktamar selalu memiliki dampak besar terhadap perkembangan NU baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan posisi strategisnya, Gus Yahya berharap muktamar mendatang dapat membawa NU menuju arah yang lebih baik.
Gus Yahya menegaskan bahwa muktamar tidak dapat dilaksanakan oleh salah satu pihak tanpa kerjasama dari semua elemen yang terlibat. Hal ini penting untuk menghindari konflik internal yang dapat mengganggu stabilitas organisasi.
“Jika hanya satu pihak yang mengambil alih, hasilnya bisa jadi tidak memuaskan dan berpotensi menimbulkan masalah,” tambahnya. Oleh karena itu, kolaborasi menjadi kunci utama dalam perencanaan muktamar mendatang.
Selain itu, mekanisme komunikasi antar para pemimpin NU juga perlu digalakkan, agar semua agenda dan keputusan dapat ditangani dengan baik. Komunikasi yang terbuka akan memperkuat ikatan antara pengurus dan anggota organisasi.
Gus Yahya mengajak semua pihak untuk bersama-sama mempersiapkan muktamar ini dengan serius dan penuh tanggung jawab. “Lebih baik kita adakan muktamar secepatnya, agar organisasi ini bisa beroperasi dengan lebih efisien,” ujarnya.
Kondisi Terkini Komunikasi dan Konflik Internal
Situasi komunikasi antara Gus Yahya dan kubu yang mendukung KH Zulfa Mustofa menjadi perhatian. Sebelum Rapat Pleno Syuriyah di Hotel Sultan, Gus Yahya telah mencoba menjalin komunikasi, namun tidak mendapatkan respon dari pihak-pihak terkait. Ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih inklusif di dalam organisasi.
Gus Yahya juga mencatat bahwa sejak pertemuan di Hotel Sultan, belum ada komunikasi lanjut dari Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. Hal ini menambah kerumitan dalam konteks menjelang muktamar yang seharusnya dapat diselesaikan dengan dialog yang konstruktif.
Ketika Ketua Umum dijadwalkan untuk diganti, situasi ini semakin memanaskan suasana. Gus Yahya merasa perlu untuk memperjelas posisi dan tanggung jawab dalam rangka muktamar yang akan datang.
“Sebelumnya kami sudah mencoba berkomunikasi, tapi belum ada hasil yang konkret,” ungkap Gus Yahya. Ini menunjukkan pentingnya transparansi dan komunikasi yang baik untuk mencegah kesalahpahaman di antara anggota.
Pengurus PBNU perlu membangun soliditas internal agar organisasi ini bisa bertahan dan berkembang secara efektif tanpa adanya gesekan antar pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda.
Rencana Muktamar Sebelum Hari Raya Iduladha
Rais Syuriyah PBNU, Mohammad Nuh, menginformasikan bahwa terdapat rencana untuk mengadakan muktamar sebelum atau mendekati hari raya Iduladha 2026. Rencana ini merupakan langkah untuk kembali ke siklus normal setelah sebelumnya mengalami penundaan akibat pandemi Covid-19.
Nuh juga menegaskan bahwa muktamar ini bukan sekadar mempercepat jadwal, tetapi mengembalikan jadwal sesuai dengan siklus yang telah ditentukan. Ini menjadi penting agar tidak terulang kembali penundaan yang merugikan organisasi.
“Muktamar di Lampung sebelumnya sudah mundur satu tahun karena Covid, dan sekarang kami ingin memastikan bahwa kami dapat melanjutkan agenda ini tanpa hambatan,” jelasnya. Kesediaan untuk kembali ke jadwal normal adalah langkah positif bagi kestabilan organisasi.
Dalam suasana tersebut, semua pihak diharapkan dapat bersinergi untuk menyukseskan muktamar yang direncanakan. Semangat kebersamaan harus dijunjung agar hasil yang dicapai memang benar-benar bisa menjadi solusi bagi kebutuhan organisasi.
Persiapan untuk muktamar juga melibatkan diskusi dan perencanaan yang bersifat inklusif, sehingga semua suara dapat terdengar dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.













