Prosesi pemakaman Raja Keraton Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi, dimulai dengan khidmat pada Rabu (5/11) pagi. Masyarakat setempat berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang telah memimpin mereka.
Peti jenazah yang berwarna putih diangkat oleh prajurit TNI dan Polri dengan penuh kehormatan. Suasana haru menyelimuti kompleks keraton, di mana pikiran dan doa bergabung untuk mengenang jasa-jasanya.
Setelah peti jenazah diangkat, prosesi berlanjut dengan menaikkannya ke dalam kereta khusus Ratu Pralaya. Kereta yang ditarik oleh beberapa ekor kuda itu melambangkan perjalanan terakhir sang raja menuju peristirahatan terakhir.
Arak-arakan yang Dipenuhi Rasa Haru dan Doa
Seiring dengan dimulainya arak-arakan, warga masyarakat tumpah ruah di kiri dan kanan jalan sebagai bentuk penghormatan. Sorak-sorai dan hening bergantian, menciptakan momen yang sarat emosi bagi semua yang hadir.
Sebelum jenazah diberangkatkan ke tempat peristirahatan akhir, rencananya akan dibawa menggunakan kereta menuju Rumah Dinas Wali Kota Solo di Loji Gandrung. Keberangkatan ini menjadi momen significativo yang mengaitkan warisan budaya dengan masyarakat yang ditinggalkan.
Selanjutnya, jenazah akan dipindahkan ke mobil jenazah untuk dibawa ke Kompleks Makam Imogiri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kenangan akan raja ini akan terpatri dalam hati masyarakat yang hidup dan meneruskan sejarah yang telah ditinggalkan.
Menelusuri Sejarah Kompleks Makam Imogiri yang Penuh Makna
Kompleks Makam Imogiri, atau yang dikenal juga sebagai Pajimatan Imogiri, merupakan pemakaman bagi para raja dan keluarga besar Dinasti Mataram Islam. Kawasan ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan abadi, tetapi juga bagian penting dari warisan sejarah Indonesia.
Kompleks ini terbagi ke dalam tiga kelompok besar: makam Raja-Raja Mataram Islam, Raja-Raja Kasultanan Yogyakarta, dan Raja-Raja Kasunanan Surakarta. Setiap kelompok memiliki sejarah yang kaya akan konteks sosial dan politik pada masanya.
Dengan meninggalnya Raja Keraton Surakarta Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi, usia 77 tahun pada Minggu (2/11), satu lembar sejarah baru ditulis dalam peta kebudayaan keraton. Penghormatan di kompleks ini tentunya akan menjadi penanda bagi generasi mendatang.
Pemakaman yang Melibatkan Pengaturan Khusus untuk Kelancaran Prosesi
Polres Bantul telah mengeluarkan imbauan agar pengguna jalan menghindari rute yang akan dilalui oleh iring-iringan pemakaman Pakubuwono XIII. Ini dilakukan untuk mengurangi kemacetan dan memberikan ruang bagi prosesi pemakaman yang penuh makna.
Rute yang telah ditentukan meliputi Jalan Raya Janti, Ketandan, Karangturi, Gondowulung, dan Jalan Imogiri Timur hingga Pajimatan, Imogiri. Dengan informasi ini, diharapkan masyarakat bisa mencari rute alternatif saat melintas.
Kasi Humas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, menegaskan pentingnya dukungan semua pihak dalam menjaga kelancaran prosesi. Hal ini juga mencerminkan cara masyarakat menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada raja yang telah tiada.













