Partai Golkar di Sulawesi Selatan mengalami perubahan kepemimpinan setelah penunjukan Muhiddin Muhammad Said sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua DPD Golkar Sulsel oleh Bahlil Lahadalia. Penunjukan ini menggantikan posisi Taufan Pawe yang masa jabatannya telah berakhir.
“Iya, betul bahwa yang menjabat Plt Ketua Golkar Sulsel adalah Bapak Muhiddin Muhammad Said,” ungkap Marzuki Wadeng, Sekretaris Golkar Sulsel, saat memberikan konfirmasi mengenai struktur baru ini. Hal ini menandakan adanya langkah signifikan dalam konsolidasi organisasi tersebut.
Tugas utama yang diemban Muhiddin adalah melakukan konsolidasi internal dan menyukseskan musyawarah daerah (Musda) yang menjadi agenda penting bagi partai. Tanggung jawab ini menjadi tantangan tersendiri, mengingat adanya delapan DPD lainnya yang juga dalam proses yang sama.
Kepemimpinan Baru di Partai Golkar Sulsel
Pemilihan Muhiddin sebagai Plt Ketua DPD Golkar Sulsel menunjukkan kepercayaan DPP Partai Golkar terhadap kemampuannya dalam memimpin. Marzuki menambahkan bahwa pengumuman resmi terkait penunjukan ini akan dilakukan pada saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat.
Penunjukan ini terjadi setelah berakhirnya masa jabatan Taufan Pawe, yang telah memimpin Golkar Sulsel sejak tahun-tahun sebelumnya. Dalam konteks politik, perubahan ini dianggap perlu untuk memperkuat posisi Partai Golkar di Sulawesi Selatan menjelang pemilihan mendatang.
Muhiddin diharapkan dapat membawa partai menuju kemajuan dan memperbaiki struktur organisasi yang ada. Dalam menjalankan tugasnya, ia dihadapkan pada tantangan untuk menjaga soliditas dan menghidupkan kembali semangat para kader yang mungkin mulai pudar.
Tantangan yang Dihadapi oleh Muhiddin Muhammad Said
Salah satu tantangan yang dihadapi Muhiddin adalah mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan sebelum Musda. Konsolidasi internal menjadi prioritasa utama, di mana semua elemen partai harus berada dalam satu suara untuk menghadapi berbagai tantangan politik ke depan.
Kendati begitu, Muhiddin tidak menganggap tugas ini mudah. Ia perlu mengedepankan pendekatan yang inklusif, melibatkan seluruh kader dan pengurus untuk bersama-sama merumuskan langkah ke depan. Ini adalah langkah strategis yang bisa memperkuat dukungan basis di lapangan.
Tentunya, keberhasilan Muhiddin dalam menjalankan tugas ini sangat bergantung pada dukungan tim dan kepercayaan dari DPP. Harapannya, perubahan ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga memberikan dampak positif yang nyata terhadap prestasi partai di daerah.
Peranan Musyawarah Daerah (Musda) dalam Konsolidasi
Musda menjadi momen penting bagi Partai Golkar dalam merumuskan arahan dan strategi politik ke depan. Sebagai agenda yang digelar secara berkala, Musda berfungsi untuk menilai kinerja pengurus serta menetapkan kebijakan baru yang relevan dengan kondisi politik saat ini.
Dalam konteks ini, Muhiddin dituntut untuk mempersiapkan semua materi yang akan dibahas dalam Musda, termasuk pemilihan pengurus baru. Keterlibatan semua kader dalam proses ini sangat penting agar hasil Musda dapat diterima oleh seluruh anggota partai.
Melalui Musda, Golkar diharapkan dapat merevitalisasi posisi dan memperkuat basis dukungan di kalangan masyarakat. Ini menjadi platform yang tepat untuk menyampaikan visi dan misi partai ke publik lebih luas.













