Tragedi ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo merupakan sebuah peristiwa yang sangat mengkhawatirkan. Kejadian ini memicu berbagai reaksi dan langkah evaluasi dari pemerintah untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
Di dalam tragedi ini, yang terjadi pada akhir September, puluhan jiwa melayang dan banyak lainnya mengalami cedera. Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, mengungkapkan bahwa instruksi dari Presiden sangat jelas untuk mengevaluasi semua bangunan pondok pesantren yang ada di Indonesia.
Pondok pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang penting di Indonesia, mengingat jumlahnya yang sangat banyak. Pada tahun 2024/2025, total pondok pesantren diperkirakan mencapai 42.433 dengan sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Pentingnya Evaluasi Bangunan di Pondok Pesantren
Dody Hanggodo menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap semua pondok pesantren. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi kejadian tragis seperti yang menimpa Al Khoziny yang menyebabkan banyak korban jiwa.
Menurut Dody, hanya 50 pondok pesantren yang memiliki Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan pentingnya izin bangunan. PBG sebagai dokumen resmi sangat penting untuk menjamin keamanan bangunan.
Proses evaluasi ini tidak bisa dilakukan secara instan. Pemerintah akan melakukan pemeriksaan mendalam secara bertahap, bekerja sama dengan pemerintah daerah demi menjamin keselamatan para santri dan pengurus pesantren. Penting bagi semua pihak untuk terlibat agar langkah ini dapat berjalan efektif.
Pentingnya Keselamatan Dalam Pembangunan Ponpes
Pembangunan yang aman dan memadai adalah tanggung jawab semua pihak yang terlibat. Kemenag, Kemendagri, dan pemerintah daerah diharapkan bersinergi dalam melakukan penilaian kualitas bangunan pondok pesantren.
Dalam konteks ini, Dody menegaskan bahwa perbaikan harus dilakukan dengan serius agar kejadian serupa tidak terulang. Pemantauan terhadap pondok pesantren harus menjadi rutinitas yang diperhatikan oleh semua pemangku kepentingan.
Selain itu, pasca kejadian tersebut, penting untuk memberikan perhatian khusus dalam proses rehabilitasi. Pemerintah meminta agar para petugas terkait memberikan dukungan dan bimbingan kepada pondok pesantren yang membutuhkan.
Proses Pencarian dan Evakuasi Korban Ambruknya Gedung
Setelah kejadian tragis ini, proses pencarian dan evakuasi menjadi prioritas. Dody Hanggodo mengingatkan bahwa saat itu fokus utama adalah menyelamatkan jiwa yang terjebak di bawah reruntuhan.
Tim gabungan dari berbagai instansi bersinergi dalam melakukan misi kemanusiaan ini. Baik Basarnas maupun petugas lokal berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan semua korban dengan cepat dan tepat.
Banyak santri yang pada saat terjadi insiden sedang melaksanakan salat Asar berjamaah di dalam gedung yang masih dalam tahap pembangunan. Kejadian ini menghadirkan duka mendalam bagi keluarga korban dan komunitas pesantren secara keseluruhan.
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban jiwa tercatat sebanyak 66 orang, termasuk beberapa potongan tubuh yang tidak dapat dikenali. Proses identifikasi tentu saja akan menjadi bagian yang penting dalam penanganan selanjutnya.
Pasca evakuasi, suatu diskusi mendalam mengenai rencana rehabilitasi bangunan di masa depan juga sangat krusial. Hal ini akan menjadi langkah preventif untuk mencegah terjadinya tragedi serupa.













