Dalam sebuah pertemuan penting, para kiai dan alim ulama dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memutuskan beberapa kesepakatan krusial terkait kepengurusan organisasi tersebut. Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 23 November ini menjadi sorotan publik, mengingat adanya berbagai isu yang mengemuka dalam tubuh PBNU. Kesepakatan ini mencakup penguatan struktur kepengurusan serta larangan untuk mengadakan pemakzulan pada Ketua Umum Yahya Cholil Staquf.
Katib Aam PBNU, Ahmad Said Asrori, menjelaskan secara rinci tiga poin utama yang disepakati dalam silaturahim ini. Poin-poin tersebut bertujuan untuk memperkuat sendi-sendi organisasi dan memastikan kelanggengan kepemimpinan yang stabil menjelang muktamar mendatang.
Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 50 kiai dari berbagai daerah, baik secara langsung maupun melalui aplikasi daring. Kehadiran mereka menandakan komitmen untuk menjaga hubungan dan sinergi dalam menghadapi tantangan di dalam organisasi.
Kesepakatan Utama dalam Silaturahim Para Kiai
Pertama, ada kesepakatan untuk mengadakan silaturahim yang lebih besar terlebih lagi di antara para kiai dan alim ulama. Hal ini bertujuan agar komunikasi dan kerjasama antar anggota dapat terjalin dengan lebih baik, serta mengatasi isu-isu yang muncul secara komprehensif.
Kedua, komitmen untuk menyelesaikan kepengurusan PBNU dalam satu periode hingga muktamar yang dijadwalkan berlangsung setahun lagi. Ini menunjukkan adanya kesatuan visi di antara para kiai untuk menjaga stabilitas organisasi tanpa adanya konflik internal.
Ketiga, para kiai sepakat untuk melakukan tafakur demi kebaikan bersama. Ini menunjukkan sebuah langkah mendalam bagi organisasi untuk introspeksi dan berupaya meningkatkan kualitas kepemimpinan serta pemerintahan yang lebih baik di masa mendatang.
Rencana Silaturahim yang Lebih Besar di Pesantren Lirboyo
Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, menegaskan pentingnya silaturahim yang lebih luas di Pesantren Lirboyo. Di dalam pertemuan tersebut, para kiai mengungkapkan keprihatinan terhadap situasi yang berkembang dalam rapat harian syuriah dan hasil rapat yang dinilai tidak memuaskan.
Dalam rangka mengatasi masalah ini, Yahya berharap pertemuan mendatang dapat menjadi jalan keluar dari konflik internal yang ada. Pertemuan yang lebih luas akan melibatkan lebih banyak kiai sepuh dan pengurus, sehingga mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif.
Yahya menyatakan bahwa sinergi antara para kiai merupakan kunci dalam menjaga stabilitas keharmonisan organisasi. Dengan mengedepankan dialog, diharapkan solusi atas permasalahan yang ada dapat ditemukan dengan lebih cepat.
Desakan Pengunduran Diri yang Mengemuka dan Responsnya
Sebelumnya, ada desakan untuk pengunduran diri Yahya Cholil Staquf yang didasarkan pada beberapa isu internal. Risalah rapat harian syuriah yang ditandatangani oleh Rais Aam PBNU mengindikasikan bahwa jika tidak ada langkah pengunduran diri dalam waktu tertentu, maka tindakan pemecatan akan diambil.
Hal ini menambah kompleksitas yang dihadapi PBNU, mengingat desakan tersebut berkaitan dengan isu-isu sensitif terkait jaringan zionisme internasional. Banyak pihak dalam organisasi merasa bahwa hal ini bertentangan dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah yang dijunjung tinggi oleh Nahdlatul Ulama.
Respons terhadap desakan ini cukup beragam, dengan banyak kiai menekankan pentingnya menegakkan AD/ART organisasi dalam menyelesaikan masalah yang ada. Mereka sepakat bahwa semua isu harus dikembalikan kepada norma dan aturan yang berlaku di dalam PBNU dan tidak membiarkan konflik terus berkembang.













