Penjualan mobil listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia pada tahun 2026 diprediksi akan menghadapi tantangan yang signifikan, seiring dengan berakhirnya insentif pemerintah, terutama untuk kendaraan impor. Ahli otomotif menyatakan bahwa berkurangnya dukungan ini mungkin akan memperlambat pertumbuhan pasar kendaraan listrik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Yannes Martinus Pasaribu, seorang pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung, mengungkapkan bahwa insentif yang diberikan pada mobil listrik selama ini mampu menggugah minat belanja dari konsumen kelas menengah. Namun, menghentikan insentif ini berpotensi menyebabkan stagnasi dalam penjualan mobil listrik di pasar.
“Tahun 2026 tampaknya akan mengalami penurunan dalam pertumbuhan penjualan mobil listrik berbasis baterai,” tambah Yannes. Hal ini, menurutnya, disebabkan oleh semakin berkurangnya insentif bagi kendaraan yang diimpor, sehingga pasar akan bergeser kepada mobil listrik yang dirakit secara lokal.
Data yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2025, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam penjualan mobil listrik. Mulai dari bulan Januari hingga November, penjualan total mencapai 82.525 unit, mencerminkan pertumbuhan yang luar biasa.
Angka tersebut mengalami lonjakan sebesar 113 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan ini mencerminkan minat yang tinggi dari konsumen serta kecenderungan pasar yang semakin beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Penjualan Mobil Listrik Baterai dan Dampaknya pada Pasar
Selama tahun 2025, pasar mobil listrik berbasis baterai menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang luar biasa. Penjualan meningkat tajam, menandakan bahwa masyarakat mulai beralih ke kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Peningkatan distributor juga terjadi pada segmen plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), yang mencatat pertumbuhan mencapai 3.217 persen dengan total 4.312 unit terjual antara Januari hingga November 2025. Ini menunjukkan bahwa konsumen semakin tertarik untuk memilih opsi kendaraan hibrida yang menggabungkan keuntungan dari mesin pembakaran dan kelistrikan.
Sementara itu, untuk mobil hybrid, meski permintaannya tidak setinggi BEV dan PHEV, total penjualannya mencatat angka 57.311 unit. Kenaikan ini terbilang moderat, dengan hanya enam persen peningkatan dibanding tahun lalu, namun tetap menunjukkan tren positif di segmen mobil hibrida.
Data yang dirilis juga menunjukkan bahwa pada tahun 2024, mobil hybrid mencapai angka distribusi 59.903 unit. Meskipun ada penurunan pertumbuhan dari tahun ke tahun, segmen ini tetap menjadi bagian penting dalam ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Perkiraan Pertumbuhan Segmen HEV di Masa Depan
Di tengah tantangan yang dihadapi oleh mobil listrik, segmen hybrid electric vehicle (HEV) diprediksi akan tumbuh secara signifikan. Yannes menilai bahwa HEV menawarkan kombinasi kelebihan efisiensi bahan bakar dengan kekhawatiran jarak tempuh yang lebih kecil dibandingkan BEV.
Selain itu, HEV tidak perlu bergantung pada infrastruktur pengisian daya yang masih belum merata di seluruh Indonesia. Ini membuat HEV menjadi pilihan yang lebih praktis bagi konsumen yang mencari kendaraan ramah lingkungan.
Konsumen yang cenderung rasional akan memilih HEV sebagai alternatif yang lebih aman, karena memberikan efisiensi bahan bakar dengan tanpa adanya kekhawatiran mengenai ketangguhan dalam perjalanan. Oleh karena itu, permintaan untuk segmen ini diperkirakan akan tetap kuat di tahun mendatang.
Menariknya, penjualan mobil HEV merek Jepang diharapkan akan semakin solid. Dukungan dari jaringan layanan purnajual yang kuat serta reputasi agen pemegang merek di Indonesia menjadi faktor pendorong dalam meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap mobil HEV ini.
“Khusus untuk HEV merek Jepang, diperkirakan akan semakin meningkat,” tutur Yannes, menggarisbawahi pentingnya dukungan dari after-sales yang baik.
Kesimpulan mengenai Masa Depan Kendaraan Listrik di Indonesia
Dengan berakhirnya insentif mobil listrik, prospek untuk segmen mobil listrik berbasis baterai mungkin akan meredup, namun tidak semua segmen akan terpengaruh secara negatif. Pertumbuhan segmen HEV diharapkan dapat mengisi celah yang ditinggalkan oleh BEV.
Penting bagi para pelaku industri untuk beradaptasi dengan berubahnya permintaan dan menggali potensi lainnya dari kendaraan ramah lingkungan. Selain itu, dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang lebih menguntungkan juga sangat diharapkan untuk menjaga momentum pertumbuhan.
Dengan pendekatan yang tepat, industri otomotif Indonesia bisa menghadapi tantangan dan terus berinovasi, menuju era kendaraan yang lebih bersih dan efisien. Kesadaran konsumen yang terus meningkat mengenai pentingnya keberlanjutan akan menjadi modal utama dalam menghadapi masa depan yang semakin berorientasi pada kendaraan ramah lingkungan.
Melalui perubahan yang ada, baik konsumen maupun produsen perlu bersiap untuk menjelajahi peluang baru yang muncul dalam industri ini. Dalam jangka panjang, transisi ke kendaraan listrik dan hibrida bukan hanya sekadar gaya hidup, tetapi juga suatu keharusan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.













