Keberlanjutan telah menjadi fokus utama dalam dunia bisnis saat ini, terutama di Indonesia. Dalam konteks ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) semakin dianggap krusial untuk mencapai tujuan lingkungan dan memperkuat posisi pasar.
Hasil dari survei terbaru menunjukkan bahwa hampir setengah dari perusahaan di Indonesia sudah mengadopsi AI untuk mendukung rencana keberlanjutan mereka. Ini menandakan pergeseran signifikan dalam pandangan dan strategi korporat yang kini lebih mengutamakan keberlanjutan sebagai komponen utama dalam operasional mereka.
Selama survei tahunan yang melibatkan pemimpin bisnis di beberapa negara Asia, data terbaru mengindikasikan bahwa keberlanjutan tidak hanya dianggap sebagai tanggung jawab moral, tetapi juga sebagai peluang bisnis. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan di Indonesia kini menyadari bahwa investasinya dalam keberlanjutan akan berbuah hasil yang signifikan dalam jangka panjang.
Transformasi Bisnis Melalui Teknologi Berkelanjutan
Dalam laporan yang dikeluarkan, salah satu aspek paling mencolok adalah meningkatnya penggunaan teknologi digital sebagai pendorong keberlanjutan. Hampir separuh perusahaan di Indonesia sudah memanfaatkan solusi berbasis AI, yang antara lain untuk pengumpulan data dan pelaporan keberlanjutan.
Implementasi teknologi ini juga mencakup optimasi penggunaan energi, sehingga dapat mengurangi biaya operasional serta meningkatkan efisiensi. Keberadaan AI dalam bisnis diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan klasik yang sering dihadapi perusahaan di bidang pengelolaan risiko dan efisiensi biaya energi.
Penting untuk dicatat bahwa semakin banyak CEO di Indonesia yang percaya bahwa keberlanjutan memberikan keuntungan jangka panjang bagi reputasi perusahaan. Data menunjukkan bahwa 43% CEO berpendapat bahwa keberlanjutan meningkatkan citra perusahaan mereka.
Hambatan dalam Menuju Keberlanjutan
Namun, meski langkah menuju keberlanjutan semakin terang, masih terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Ketidakpastian ekonomi dan faktor geopolitik terus menjadi penghalang bagi banyak perusahaan untuk berinvestasi lebih jauh dalam perilaku yang berkelanjutan.
Survei menemukan bahwa sekitar dua dari lima perusahaan menganggap kondisi global sebagai faktor penghambat progres investasi keberlanjutan. Meskipun ada tren penurunan dalam hambatan birokrasi, kesiapan regulasi masih menjadi perhatian utama bagi pelaku bisnis.
Di samping itu, meski sekitar 97% perusahaan kini memiliki target keberlanjutan, sebagian besar masih belum memiliki rencana yang jelas dan terukur untuk mencapainya. Kesenjangan ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dari komitmen yang telah dibuat.
Dampak Digitalisasi dan AI dalam Keberlanjutan
Menuju tahun-tahun mendatang, digitalisasi menjadi prioritas investasi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sekitar 36-40% dari mereka berencana untuk mengeluarkan minimal US$1 juta untuk inisiatif yang menunjang keberlanjutan.
Pendekatan digitalisasi ini akan mencakup pengembangan sistem yang lebih efisien, untuk ertusaka mengurangi jejak karbon dan memaksimalkan penggunaan energi. Sektor jasa keuangan dan utilitas diharapkan menjadi yang terdepan dalam mengimplementasikan berbagai inovasi ini.
Selain itu, perusahaan yang telah melakukan verifikasi terhadap target keberlanjutan mereka menunjukkan rasa optimisme yang tinggi dalam mencapai target iklim 2030. Keberadaan transparansi dan akuntabilitas publik dinilai sangat penting dalam meningkatkan kepercayaan stakeholder.













