Indonesia kini bersiap untuk mempromosikan kredit karbon dalam ajang Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP 30 yang diadakan di Belem, Brazil. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik perhatian global dan menunjukkan komitmen Indonesia dalam penanganan perubahan iklim.
Melalui sesi Seller Meet Buyer (SMB) yang berlangsung di Paviliun Indonesia, negara ini akan menawarkan berbagai proyek karbon dengan total kredit mencapai 90 juta ton CO₂ ekuivalen. Proyek ini berasal dari tiga sektor utama: energi, kehutanan dan lahan, serta limbah.
Dari data yang diperoleh, terdapat 20 partisipan yang terlibat dalam penawaran ini. Para partisipan akan memperkenalkan total 40 proyek yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon, dan menggaet investor serta pembeli dari berbagai belahan dunia.
Mendalami Inisiatif Penjualan Kredit Karbon Pertama Indonesia
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Yulia Suryanti, mengungkapkan bahwa SMA ini adalah aktivitas perdana yang dilakukan dalam forum internasional. Dengan kegiatan ini, Indonesia berupaya mempromosikan keberagaman proyek karbon yang telah ada dan mendorong transaksi global.
“SMB ini memberikan kesempatan bagi kami untuk menunjukkan proyek-proyek unggulan yang tersedia, serta lokasi-lokasinya, sehingga pembeli dapat melakukan transaksi secara langsung,” tambah Yulia dalam pernyataan resmi di Jakarta.
Dari hasil workshop, pemerintah belum menetapkan target transaksi kredit karbon untuk SMB ini. Namun, inisiatif ini menjadi langkah penting dalam menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dan membuka peluang ekonomi baru melalui perdagangan karbon.
Mekanisme Penjualan dan Pembelian Kredit Karbon yang Diterapkan
Dalam proses penjualan dan pembelian kredit karbon, terdapat tiga mekanisme yang diberlakukan. Mekanisme pertama adalah transaksi yang terjadi selama COP 30, yang akan dicatat dalam Sistem Registrasi Nasional (SRN) dan IDX Carbon.
Mekanisme kedua melibatkan komitmen dari pembeli yang belum melakukan transaksi namun menunjukkan niat yang jelas untuk membeli. Komitmen ini dibuktikan dengan adanya Letter of Agreement (LoA) yang resmi.
Selain itu, terdapat juga mekanisme ketiga berupa peminatan, di mana pembeli menunjukkan ketertarikan untuk membeli kredit karbon yang ditawarkan. Peminatan ini didominasi oleh Letter of Interest (LoI) sebagai bukti ketertarikan mereka.
Paviliun Indonesia: Platform untuk Memperkenalkan Proyek Karbon
Paviliun Indonesia di COP 30 mengusung tema “Accelerating Substantial Action of Net Zero Achievement for Indonesia by Integrity Carbon.” Tema ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mencapai target nol emisi dengan integritas dalam pendekatan karbonnya.
Selain sesi SMB, Paviliun Indonesia juga akan menyelenggarakan sekitar 55 sesi diskusi, pameran, dan pertemuan bilateral serta multilateral. Pertemuan tersebut meliputi Indonesia Real Session yang akan dihadiri oleh menteri dan mitra dari berbagai negara, menjadikan ini sebuah platform yang strategis.
Dalam rangka menjelaskan beragam tema yang diusung, Paviliun Indonesia membagi diskusi menjadi empat subtema utama: Climate Finance, Nature, Technology, dan Implementation. Setiap subtema memperlihatkan pendekatan yang berbeda terhadap isu perubahan iklim.
- Climate Finance: Menyajikan skema pembiayaan dan modalitas untuk perdagangan karbon.
- Nature: Memperlihatkan peran alam dalam mitigasi emisi dan ketahanan iklim.
- Technology: Mengedepankan inovasi teknologi rendah karbon yang berkelanjutan.
- Implementation: Menyoroti praktik nyata di lapangan dalam usaha menanggulangi perubahan iklim.
Melalui pemaparan ini, Menteri Lingkungan Hidup berharap Indonesia dapat diakui secara global sebagai pemain utama dalam perdagangan karbon dunia. Harapannya, inisiatif ini akan membangun kerjasama yang lebih erat antara negara-negara dan menarik investasi lebih banyak untuk proyek-proyek ramah lingkungan.













