Dalam penemuan yang mengesankan, para astronom telah mengidentifikasi eksoplanet dengan atmosfer yang berpotensi mirip Bumi, menyebabkan optimisme baru dalam pencarian kehidupan di luar planet kita. Eksoplanet tersebut terletak dalam sistem TRAPPIST-1, yang berada sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi dan dapat menjadi tempat eksplorasi lebih lanjut bagi para ilmuwan.
Penemuan ini telah menarik perhatian banyak kalangan, termasuk para ahli astronomi yang menilai potensi planet untuk mendukung kehidupan. TRAPPIST-1 sendiri adalah sistem yang terkenal karena memiliki beberapa planet berbatu yang mengelilingi bintangnya, dengan tiga di antaranya berada dalam zona layak huni.
“Sistem planet ini sangat unik dan menarik,” kata NĂ©stor Espinoza, seorang astronom di Space Telescope Science Institute. Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menjadi alat utama dalam mendapatkan informasi tentang planet-planet di sistem ini, khususnya TRAPPIST-1 e.
Pandangan Baru tentang Planet TRAPPIST-1 e
Dalam upaya mereka, para ilmuwan berfokus pada TRAPPIST-1 e, planet keempat yang berada dalam jarak aman dari bintang induknya. Dengan pengamatan yang dilakukan pada tahun 2023, hasil awal menunjukkan bahwa tidak ada kepastian tentang keberadaan atmosfer di planet tersebut, namun potensi untuk memiliki atmosfer masih ada.
Espinoza menekankan pentingnya pengamatan lanjutan untuk memahami lebih dalam tentang atmosfer planet ini. “Kami memiliki program untuk 15 pengamatan tambahan yang dapat memberi kami lebih banyak data,” tambahnya. Dengan penelitian lebih lanjut, mereka berharap dapat menemukan petunjuk lebih jelas mengenai elemen-elemen atmosfernya.
Planet ini mengorbit bintang induknya dengan periode hanya enam hari, yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Bumi. Hal ini disebabkan oleh ukuran bintang tersebut yang lebih kecil, yang mempengaruhi orbit planet-planet di sekitarnya.
Proses Mencari Atmosfer di Planet Jauh
Proses mengamati atmosfer ini melibatkan pengamatan terhadap cahaya bintang yang terhalang ketika planet melintas di depannya. Perubahan kecil dalam intensitas cahaya dapat mengindikasikan adanya atmosfer yang mengelilingi planet tersebut. Para astronom kemudian mencari tanda-tanda spesifik dari keberadaan unsur-unsur kimia yang ada dalam atmosfer.
Melalui penyelidikan yang dilakukan, mereka telah mengesampingkan kemungkinan adanya atmosfer berbasis hidrogen. Espinoza menyatakan bahwa radiasi dari bintang tersebut kemungkinan telah menghilangkan atmosfer primitif yang ada pada TRAPPIST-1 e.
Bumi sendiri juga mengalami kehilangan atmosfer pada fase awal pembentukannya, namun kemudian berhasil membangun atmosfer sekunder yang lebih stabil. Para ilmuwan berharap TRAPPIST-1 e dapat mengikuti jalur serupa.
Peluang untuk Kehidupan dan Eksplorasi Lebih Lanjut
Dalam studi terbaru, ada spekulasi mengenai potensi atmosfer kaya nitrogen yang lebih mirip dengan Bumi dibandingkan dengan atmosfer planet lain seperti Venus atau Mars. Hal ini memberikan harapan baru bagi para peneliti untuk menemukan jejak kehidupan di sana.
Sara Seager, seorang profesor ilmu planet di salah satu institusi terkemuka, menekankan pentingnya penemuan ini dan bagaimana ini mendekatkan kita pada pemahaman lebih baik tentang dunia lain. “TRAPPIST-1 e tetap menjadi salah satu planet paling menarik dalam pencarian zona layak huni,” ujarnya.
Espinoza menambahkan bahwa konfirmasi eksistensi atmosfer di TRAPPIST-1 e akan menjadi penemuan yang sangat signifikan. Hal itu dapat mengubah pandangan kita tentang eksoplanet di sekitar bintang katai merah, yang merupakan jenis bintang yang paling umum di alam semesta.













