Bulan September membawa kabar yang kurang menggembirakan dari SMAN 15 Surabaya. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menjadi inisiatif positif, ternyata menyimpan masalah yang mengkhawatirkan.
Awalnya, program tersebut tampak sukses dalam memberikan makanan bergizi kepada siswa, tetapi muncul laporan mengenai menu sayur yang diduga basi. Hal ini mengakibatkan siswa enggan menyantap makanan yang disediakan.
Kepala SMAN 15 Surabaya, Johanes Mardijono, menyatakan bahwa kejadian tersebut baru kali ini terjadi sejak program MBG diluncurkan sembilan hari lalu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inisiatif ini bermanfaat, pelaksanaannya masih memerlukan perhatian khusus.
“Jadi tidak semuanya. Kita sudah melaksanakan selama delapan hari dengan baik,” ungkap Johanes mengenai pengalaman siswa sebelumnya. “Hari kesembilan ini memang ada sayur yang mungkin tidak layak konsumsi, sehingga membuat siswa enggan untuk makan,” tambahnya.
Johanes juga menjelaskan bahwa temuan sayur basi tersebut terungkap ketika siswa membuka wadah makanan dan mencium aroma tidak sedap. “Anak-anak enggak berani makan, tetapi ada juga yang tidak basi dan tetap dimakan,” jelasnya.
Mengapa Makanan Basi Menjadi Masalah Serius di Sekolah?
Masalah makanan basi bukan hanya sekadar kesan buruk bagi siswa, tetapi juga berpotensi menciptakan masalah kesehatan. Jika makanan yang tidak layak dikonsumsi tetap diberikan, dampaknya bisa merugikan siswa.
“Kita harus memastikan bahwa kualitas makanan yang diberikan selalu terjaga,” tegas Johanes. Hal ini dipertegas dengan fakta bahwa sekitar 30 persen dari total 1.285 porsi ditemukan dalam kondisi basi.
Mekanisme pengumpulan makanan yang tidak dimakan memang sesuai dengan petunjuk SPPG, untuk melakukan evaluasi terhadap penyedia program. Namun, kualitas dan kesegaran makanan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan.
Pentingnya Mengedukasi Siswa Tentang Makanan Bergizi
Pendidikan tentang pentingnya makanan bergizi harus menjadi bagian integral dari program ini. Siswa perlu diajarkan tentang makanan sehat, serta cara memilih makanan yang baik dan aman untuk dikonsumsi.
Juga, siswa seharusnya diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang citra rasa makanan. Hal ini dapat membantu pihak sekolah dan penyedia makanan melakukan perbaikan yang diperlukan.
“Kita ingin agar siswa bukan hanya diberi makanan, tetapi juga memahami pentingnya gizi dalam kehidupan mereka,” kata Johanes menekankan pentingnya edukasi dalam program ini.
Langkah-Langkah Yang Dapat Ditempuh Untuk Memperbaiki Program MBG
Untuk menghindari terulangnya kasus serupa, pihak sekolah harus melakukan peninjauan terhadap menu yang disediakan. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menggandeng ahli gizi untuk merancang menu yang lebih baik.
Selain itu, melibatkan siswa dalam proses evaluasi makanan juga sangat penting. Dengan cara ini, mereka dapat memberikan masukan langsung tentang menu yang disajikan, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan.
“Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki ini, agar program MBG dapat memberikan manfaat yang nyata bagi siswa,” ujar Johanes optimis.
Pentingnya Kerjasama Antara Sekolah dan Penyedia Makanan
Kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan penyedia makanan juga sangat vital dalam menjaga kualitas program. Komunikasi yang terbuka dan transparan akan meminimalisasi kesalahan yang dapat terjadi.
“Kami berharap penyedia makanan dapat lebih peka terhadap kebutuhan dan preferensi siswa,” lanjut Johanes. Dengan kerjasama yang baik, diharapkan program ini dapat berjalan lancar tanpa adanya kendala.
Di samping itu, sekolah juga harus memastikan bahwa penyedia makanan memiliki standar kualitas dan kebersihan yang tinggi dalam setiap menu yang mereka sediakan.
Kesimpulan: Menghadapi Tantangan Demi Makanan Bergizi
Penyampaian makanan bergizi di sekolah adalah suatu usaha yang mulia, tetapi perlu perhatian yang lebih serius terhadap kualitas makanan. Kasus temuan sayur basi menjadi pelajaran berharga untuk evaluasi ke depan.
“Kami akan tetap melanjutkan program MBG seperti biasa,” tegas Johanes. Meski ada masalah, semangat untuk memberikan makanan bergizi kepada siswa tidak pudar begitu saja.
Kedepannya, diharapkan edukasi yang lebih baik serta evaluasi yang lebih mendalam akan membawa perubahan positif bagi siswa dan menjadikan program ini sukses. Keberhasilan program MBG bergantung pada kolaborasi yang baik antara semua pihak terkait.













